Ayo semua, buruan gabung di poin-web sekarang juga!

* Apa itu poin-web ?
poin-web adalah situs dimana kamu bisa kumpulin poin gratis dengan menyenangkan dan konten yang menarik.
Tukar poin yang terkumpul dengan hadiah gratis !

* Cara dapetin poin ?
Gampang kok! Kamu bisa dapet poin hanya dengan melakukan berbagai aktivitas seperti main game, lihat iklan, ikutan kuisioner, ikutan promo, dan masih banyak lagi!!

* Poin nya untuk apa ?
Tukar poin kamu dengan gratis voucher belanja, makanan, game online, tiket nonton bioskop dan masih banyak lagi!

* Voucher apa aja ?
Voucher belanja di  : Carrefour, zara, sogo, adidas dan lainnya
Voucher makanan     : KFC, Starbucks, BurgerKing, Domino Pizza, dan lainnya
Voucher game online : Indomog, Gudang voucher, dan lainnya
Pulsa gratis        : Telkomsel, Xl, Axis, Indosat dan lainnya

dan masih banyak lagiii!!!

* Gimana cara daftarnya ?
Cukup klik button dibawah ini dan dapatkan bonus 2.500 poin jika kamu melengkapi pendaftarannya.
Tunggu apa lagi, daftar sekarang juga dan jangan lupa ajak teman - teman kamu yaa~
    
PUPU SI PENSIL DAN BOLI SI BOLPOINT

PUPU SI PENSIL DAN BOLI SI BOLPOINT

Oleh : . FADILA NURUN NAFI’AH  
      Suasana teriknya siang beradu dengan siulan burung – burung kecil yang tengah berteduh didahan pohon. Sebuah anugerah terindah dari Tuhan, ketika orang – orang penting berlari kecil di kantor mereka tanpa sesusahan karena hujan. Juga bari para tanaman, proses normal mereka yaitu fotosintesis dapat dilakukan dengan baik.
            Tak jauh dari seberang jalan raya, tepat di sebuah rumah sederhana berwarna ungu dan biru tua, dengan pekarangan bunga yang cukup luas untuk bermain – main, dengan kolam ikan di sudutnya. Terdapat sebuah pensil dan sebuah bolpoint hitam.
Mereka adalah benda yang biasa dipakai oleh manusia, dan dianggap benda mati. Siang itu, kedua benda tersebut tengah ditelakkan di atas meja beranda rumah. Tanpa sepengetahuan manusia, mereka bisa bercakap – cakap layaknya manusia.
            Sebatang pensil itu memandangi bolpont di sebelahnya. Dia memutar – mutar tubuhnya kesana kemari untuk mencari perhatian, namun tampaknya bolpoint itu diam saja. Pensil tidak tinggal diam, dia mendekati bolpoint itu, kemudian menyapanya.
            “Hay, aku Pupu Pensil. Siapa namamu?” Tanya Pupu si Pensil membuka pembicaraan. Dia terus memperhatikan bolpoint itu. Suasana tiba – tiba menjadi sepi, Pupu melihat ke arah sekitar, berjaga – jaga bila manusia datang.
            Setelah menunggu sedikit lama, bolpoint itu tetap tidak menjawab. Pupu si Pensil menggulingkan badannya, dia mendekatkan tubuhnya sekali lagi.
“Permisi?”
            Pupu si pensil kembali menggulingkan tubuhnya hingga menyentuh tubuh bolpoint. Terdengar tekukan tubuh Pupu dan bolpoint itu. Sontak saja, bolpoint itu terkejut dan sedikit terguling.
            “Ohh!!” Bolpoint itu tampak terkejut. “Ada apa? Ada apa?” dia tampak tergagap.
            “Maaf, bolpoint. Aku tidak tahu jika kau sedang tidur” ucap Pupu si Pensil menyesal.
            “Tidak apa – apa” jawab bolpoint ramah, memasang sebuah senyum manis dibibirnya untuk Pupu.
            “Aku Pupu Pensil. Siapa namamu?” Pupu si Pensil kembali memperkenalkan diri
            “Hay, Pupu. Aku Boli Bolpoint” Boli si Bolpoint tersenyum manis ke arah Pupu
            “Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya. Darimana kamu berasal?”
            “Hahaha…” Boli tertawa cukup keras, “Aku baru saja dibeli dari toko disebelah sana” matanya menunjukkan arah seberang jalan.
            “Wah, kau barang baru” wajah Pupu terlihat senang, matanya berbinar – binary. Di dalam hatinya, dia benar – benar merasa senang karena mendapatkan seorang teman baru.
            Pupu dan Boli saling menggelindingkan tubuhnya gembira. Mereka saling tertawa riang. Tawa mereka terhenti ketika angin yang cukup keras membuka paksa lembar buku di samping mereka. Sebuah buku berwarna merah muda bersampul gambar bunga tidak begitu menarik karena sudah lusuh, terlalu sering dipakai untuk menulis.
            Pupu memandang ke arah buku, dia ragu untuk mulai bercerita. “Tuanku baru saja menggunakanku untuk mengerjakan tugas sekolahnya.” Pupu berkata pelan, dia berusaha meyakinkan dirinya bahwa dia tidak salah berkata.
            Boli memandang ke arah Pupu tanpa berkata apa – apa. Senyumnya masih saja sempat menghiasi wajahnya.
            “Dia bilang, menggunakanku lebih mudah. Karena mudah dihapus” lanjut Pupu
            Boli diam saja, matanya menatap lekat – lekat ke arah tubuh Pupu. Kemudian dia menggulingkan tubuhnya mendekati sebuah kertas. Kertas berwarna putih, terlipat di pojok meja.
            “Tuanku baru saja menggunakanku untuk menulis surat, dia bilang menggunakanku lebih mudah, karena hasil tulisannya bagus dan awet” kini Boli terlihat sedikit murung, tidak ada yang tahu apa yang dia rasakan. Namun, tidak lama senyumnya kembali mengembang. “Itulah aku. Hahaha..”
            Pupu terdiam sejenak, dia memandangi tubuh Boli. “Hebat” katanya singkat.
            “Kita mempunyai tugas yang hampir sama. Namun, diantara kita siapa yang paling berguna?” Tanya Boli sambil menundukkan kepala
            “Aku tidak tahu. Mari kita cari tahu” sahut Pupu bersemangat.
            Tanpa mereka ketahui, Billy burung hantu yang tengah bertengger di dahan pohon dekat mereka mendengarkan percakapan mereka. Dia tersenyum tapi berkata apa – apa.
            Boli dan Pupu terdiam, mereka menatap langit secara bersamaan. Secara bersamaan mereka menutup mata pelan – pelan, berusaha menikmati desiran angin yang kala itu tidak terlalu pelit untuk memberikan kesejukan bagi makhluk bumi. Dudaunan di pohon saling memberikan irama, sahut menyahut membentuk sebuah shymponi alam.
Diantara lembutnya hembusan angin seekor burung Pipit terbang mendekati mereka. Burung itu terbang pelan dan sangat pelan.
            “Hallo, namaku Lili Pipit. Bolehkah aku bermain dengan kalian?” sapa Lili si burung pipit
            “Tentu saja Lili, silahkan bergabung. Aku Pupu” Jawab Pupu ramah
            “Aku Boli” Boli menyahut “Kau punya sayap yang indah, kau pasti bisa terbang kemanapun kau suka” Boli memuji Lili. Lili tersenyum sambil memandangi sayapnya.
            “Ohh ini, seluruh keluargaku memiliki sayap. Kami bisa terbang mencari makan kemanapun kami suka.” Lili tersenyum sambil membuka kedua sayapnya lebar – lebar.
            Boli menatap Pupu sambil memberikan isyarat.
            “Lili, menurutmu siapakah diantara kami yang paling berguna?” Pupu bertanya pada Lili. Lili diam, matanya tampak kebingungan. Dia manggaruk kepalanya, dia sedang mencoba untuk berpikir.
            “Pupu lebih berguna daripada Boli. Pupu sering digunakan untuk menggambar diriku di kanvas. Hasilnya bagus” kata Lili hati – hati. Dia takut menyinggung perasaan teman – teman barunya.
            Pupu terdiam, tapi didalam hatinya dia tersenyum puas. Boli menganggukkan kepala, dia merasa sedikit setuju dengan pendapat Lili.
            “Baiklah, aku akan pergi. Aku tidak ingin orang tuaku mencariku lagi. Sampai jumpa teman – teman” Lili terbang menjauh, meninggalkan dua sahabat yang masih terdiam.
            Angin kembali berhembus. Cahaya matahari perlahan – lahan semakin menghilang. Burung – burungpun terbang cepat kembali ke sarang mereka. Dedaunan bergerak lembut menyambut burung – burung yang tinggal di dahannya. Orang lalu lalang dengan cepatnya, mereka ingin segera pulang ke rumah agar bisa bertemu dengan keluarganya. Suasana sore yang khas memberikan kenikmatan tersendiri. Ketika lampu – lapu mulai dihidupkan, terlihat titik – titik kecil menghiasi berbagai sudut kota.
            Seorang anak perempuan berambut hitam keluar dari rumahnya, dia memungut Pupu dan Boli. Kemudian dia menaruh Pupu dan Boli diatas meja belajarnya, dia pun beranjak pergi untuk mekan malam.
            “Mungkin yang dikatakan Lili itu benar” gumam Pupu dalam hati. Dia hanya menggulingkan tubuhnya pelan mengikuti irama hatinya. Boli memperhatikan tingkah Pupu, dia bersiul lembut. Tiba – tiba, sebuah penggaris mendatangi mereka.
            “Boli!” penggaris itu mengejutkan Pupu dan Boli. Boli cepat – cepat menengok ke arah datangnya suara.
            “Hallo, Lery.” Sapa Boli gembira
            “Bagaimana kabarmu Boli? Sudah lama kita tidak bertemu sejak aku dibeli. Sekarang kita mempunyai satu pemilik yang sama. Hahaha…” Lery si penggaris tertawa senang.
            Pupu mendengar percakapan Boli dan Lery, dia menggulingkan badannya mendekati mereka berdua.
            “Lery, Boli, apa yang kalian bicarakan?”
            “Dulu aku dan Lery berada di toko yang sama, sekarang kami mempunyai pemilik yang sama” Boli tersenyum senang sekali. Pupu ikut tertawa senang.
            Lery menceritakan pengalamannya ketika keluar dari toko. Dia pernah dipatahkan oleh teman pemiliknya yang usil. Namun, pemiliknya dapat menyambungkan tubuhnya kembali seperti semua. Lery juga berceritanya banyak tentang pengalamannya di sekolah, bagaimana tubuhnya digunakan untuk mengukur dan membuat garis, sesekali dia tertawa karena saat tubuhnya digunakan dia merasa geli.
            Pupu dan Boli ikut tetawa mendengar cerita menarik milik Lery. Mereka bertiga bergantian berceria, semua terlihat sangat gembira.
            “Begitulah ceritaku” tutup Boli, “Jadi, menurutmu siapakan diantara kami yang paling berguna?” Boli mengeluarkan pertanyaan yang dari tadi sudah dia simpan.
            Lery lama tidak menjawab, dia terlihat kebingungan. Matanya kadang menatap Pupu, kemudian menoleh ke arah Boli.
            “Boli lebih berguna. Dia sering digunakan untuk menanda tangani dokumen dokumen penting karena dia awet” jawab Lery sambil menunjuk ke arah Boli.
            Pupu terdiam memandang Boli yang tengah tersenyum. Lery masih terlihat bingung, sesekali dia tertawa kecil dan tidak ada yang tahu apa yang Lery rasakan. Dia tidak ingin menyakiti kerasaan kedua sahabatnya.
            “Untuk apa kau bertanya seperti itu, Boli?” Tanya Lery pelan, dia berjalan pelan menjauhi kedua sahabat barunya, memasang muka penting seperti para pejabat tinggi.
            “Kami ingin mencari tahu, siapa diantara kami yang paling berguna.” Pupu lebih cepat menjawab, dan nadanya sedikit lebih ketus.
            “Ya, kami mencari tahu, siapa yang paling berguna diantara kami” Boli menjelaskan. Lery tertawa keras sambil merangkul Boli.
            Pupu merasa diremehkan, dia menggulingkan badannya menjauh sejauh mungkin dari Lery dan Boli.
            “Akulah yang paling berguna. Bukan Boli!” katanya kesal.
            Pupu berguling dan terus berguling. Tanpa sadar, Pupu menggulingkan tubuhnya terlalu jauh sehingga dia terjatuh dari atas meja belajar. Dia tergelinding sampai ke kolong tempat tidur. Pupu panik, dia takut kegelapan.
“Tolong! Tolong!” dia berteriak sekeras mungkin agar ada yang mendengarnya. Namun, semua percuma. Jarak dirinya dengan Boli sangatlah jauh. Pupu hanya menangis.
            Pagi harinya, Pupu belum juga diambil oleh pemiliknya. Pupu mencoba menggelindingan tubuhnya keluar dari bawah tempat tidur, namun semua itu sia – sia. Pupu merasa sangat sedih. Tampak pemiliknya memaksukkan Boli dan Lery kedalam tempat pensil tanpa menghiraukan Pupu.
            Pupu menunggu lama sekali. Tidak ada yang mengambilnya. Pupu kembali menangis, “Seandainya aku tidak merasa sakit hati, mungkin aku tidak akan pergi dari Boli dan tidak akan terjatuh di bawah tempat tidur ini.. huhuhu” Pupu menangis sesenggukan. Hingga akhirnya..
            “Srek .. srek .. srek..” terdengar suara sapu di atas lantai. Rupanya, itu ibu dari pemilik Pupu sedang menyapu. Dan .. “Buukk” Pupu tersapu dan tergelinding keluar dari bawah temat tidur.
            “Astaga, Nina lupa tidak membawa pensilnya. Padahal hari ini dia sedang ulangan” kata ibu pemiliknya sedih kemudian menaruh Pupu diatas meja belajar.
            Pupu sangat menyesal, dia menyesal karena tanpa dirinya pemiliknya tidak bisa mengerjakan ulangan. Tapi pupu kembali berpikir, bukankah pemiliknya telah membawa Boli, pasti dia akan menggunakan Boli. Pupu diam dan hatinya masih merasa dongkol. Dilihanya jam dinding, beberapa jam lagi pemeliknya akan segera pulang.
            Siang harinya, suara pintu terbuka terengar sangat keras. Pupu yang tengah tertidur, terkejut dan terbangun. Terdengar isak tangis didalam kamar, rupanya itu suara tangisan pemiliknya.
            “Nina, ada apa ? kenapa kamu menangis?” Suara lembut dari ibu pemiliknya membuat Pupu makin terkejut.
            “Nilai ulanganku jelek, Bu. Gara – gara aku lupa membawa pensil”
            “Bukankah kamu sudah membawa bolpoint?”
            “Iya, tapi bolpoint itu digunakan untuk menebalkan tulisan. Saat mengerjakan di lembar jawab, bu guru menyuruh murid – murid untuk menggunakan pensil terlebih dahulu, kemudian bila sudah mantap, dikoreksi kembali menggunakan bolpoint” suara tangis pemiliknya semakin keras. “Tadi, aku langsung menggunakan bolpoint sehingga jawabanku lupa belum aku koreksi lagi”
            Pupu terpaku, dia merasa sangat menyesal. Gara – gara ulahnya, pemiliknya jadi bersedih. Padahal dengan baik hati pemiliknya sudah merawat dan menjaga dirinya dengan baik.
            Beberapa hari kemudian, Pupu berpisah dengan Boli. Entah apa yang membuat mereka selalu ada di tempat terpisah. Pupu semakin merasa kesepian, dia rindu kepada temannya Boli.
            Hingga disuatu siang, Pupu diletakkan di meja beranda rumah, pemiliknya baru saja menggunakan dirinya untuk mengambar. Cuaca hari itu tampak bersahabat, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, sehingga siapaun mau bermain di luar rumah. Ketika pemiliknya pergi untuk bermain, Pupu membuka mata. Dia mengguling – gulingkan tubuhnya pelan dan hati – hati agar tidak terjatuh.
            Tak lama kemudian, pemliknya datang lagi dan menaruh Boli dan Lery disebelah Pupu. Pupu begitu senang, dia tersenyum dan mengetuk – ketukkan tubuhnya ke tubuh Boli. Boli terkejut dan menggulingkan tubuhnya memeluk Pupu.
            “Ohh…Pupu. Aku sangat merindukanmu. Sudah lama kita tidak bertemu” Boli terharu melihat Pupu. Dia memeluk Pupu erat – erat, seakan dia tidak mau melepaskan Pupu.
            “Maafkan aku, Boli” sesal Pupu
            “Ahh tidak apa – apa. Kau tahu? Pemilik kita sangat sedih karena kamu tidak ada” Boli menatap Pupu lekat, dia berharap Pupu juga turut merasakan kesedihannya.
            “Tapi, sebenarnya aku iri padamu.” Pupu terdiam sesaat, “Lery pernah mengatakan bahwa kau lebih berguna daripada aku” Pupu menangis sesenggukan.
Boli terlihat bingung, Lery mendengarkan pembicaraan Pupu dan Boli, dia menatap ke arah Pupu menyesal.
“Maafkan aku, Pupu. Aku tidk bermaksud menyinggu perasaanmu” Lery mendekati Pupu.
            Billy si Burung Hantu yang dari tadi memerhatikan mereka, terbang rendah dan bertengger di dahan paling bawah. Dia tersenyum dan mernyanyi lembut.
            “Hem.. Hem… Hem…” Billy melirik Pupu “Nak, kenapa kau menangis?”
            Pupu terkejut, suaranya serak karena dia masih menangis. Pupu menoleh pelan ke arah Billy, diikuti Boli dan Lery.
            “Hay, Pupu..Hay.. Boli” Lili burung pipit datang, dia menghampiri Pupu yang tengah menangis. “Kenapa kamu menangis, Pupu?”
            Boli dengan ibapun angkat bicara, dia menceritakan tentang kejadian yang menimpa Pupu. Billy dan Lili mengangguk paham.
            Billy yang pertama kali tertawa, tawanya cukup keras dan menggelikan. Boli yang baru saja selesai menceritakan kejadian Pupu segera tertawa, Lery dan Lili juga tampak tertawa kecil.
            “Nak, kita sebagai makhluk Tuhan diciptakan untuk bersama. Tidak ada diantara kita yang paling hebat ataupun paling berguna. Kita hidup di dunia harus saling tolong menolong” ujar Billy.
            Pupu berhenti menangis. Dia mengusap air matanya dan memandang Billy.
            “Kalian semua berguna untuk pemilik kalian.” Lanjut Billy
            “Tapi, kami hanya ingin mencari tahu siapa yang paling berguna” Pupu menjawab, dia kembali meyakinkan Billy
            “Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kita hidup bersama untuk saling melengkapi kekurangan satu sama lain. Begitu pula persahabatan, kalian harus pandai memanfaatkan kelebihan kalian untuk menutupi kekurangan orang lain” jelas Billy bijaksana
            “Aku setuju dengan Billy” Lili dengan semangat membuka sayapnya lebar – lebar dan terbang mengitari Pupu dan Boli.
            Pupu tersenyum puas. Dia memeluk Boli erat – erat sehingga Boli meronta – ronta untuk melepaskan diri. Dia berterima kasih pada Billy dan seluruh teman – temannya.
            Suasana siang itu semakin indah dengan dihiasi tawa dari anak – anak yang tengah bermain di luar rumah, burung – burungpun bernyanyi gembira.

            “Ahh memang benar. Tidak ada yang lebih indah selain PERSAHABATAN” Gumam Pupu dalam hati.         
SURGA TERINDAH UNTUK NATHAN

SURGA TERINDAH UNTUK NATHAN

Oleh : ISNA AFIA

                Siang itu 3 orang perempuan berumur sekitar 15 tahun sedang berjalan menelusuri pinggir sungai,mereka adalah Nathan,Hany dan Putri .  Sahabat yang slalu bersama menjalani hari-hari. Naik perahu bareng ,membuat rumah pohon yang indah, kejar-kejaran, memetik bunga untuk membuat mahkota dari bunga ,semua itu mereka lakukan di sungai kupu-kupu ini, yang sering mereka sebut sungai persahabatan.  Sepulang sekolah mereka pasti langsung menuju sungai tersebut, untuk menghabiskan waktu bersama.
                Dan siang itu mereka sedang melakukan sebuah permainan . Yah, permainan dengan menuliskan keinginannya masing-masing yang ditulis pada selembar kertas ,lalu dilipat menjadi perahu-perahu kecil untuk dihanyutkan ke sungai.
Hany menulis
             “ Aku ingin ,aku dan 2 sahabatku selalu bersama,sampai tua nanti J” pada kertas hijau. Dan dilanjutkan dengan Putri ,ia menulis
             ” Aku pengen membuat ke-2 sahabatku bahagia,selamanya J “. Pada kertas lipat berwarna ungu.Dan giliran Nathan untuk menuliskannya , ia menulis pada selembar kertas berwarna merah muda.
             ”Aku ingin melihat ke-2 sahabatku tersenyum saat aku harus pergi jauh meninggalkan dunia ini J” . Mereka ber-3 tidak tahu apa yang dituliskan oleh sahabatnya. Karena mereka berjanji tidak boleh melihat atau mengetahui isi kertas itu satu sama lain. Setelah selesai melipatnya mereka lalu menghanyutkan perahu-perahu mungil itu bersamaan di sungai. Mereka pun tersenyum, lalu berpelukan di pinggir sungai itu, tepat dengan sang malaikat yang sedang menuliskan takdir bagi Nathan. Dan tak ada satupun dari ke tiga sahabat itu yang mengetahui takdir itu. Merekapun lalu pulang karena matahari sebentar lagi akan terbenam.       
      Hari selanjutnya, seperti hari-hari biasa. Pulang dari sekolah mereka bertiga langsung menuju “Sungai Persahabatan”. Jadwal hari ini adalah rumah pohon, mereka menaiki rumah pohon lalu duduk berdekatan,tiba-tiba “byur” hujan turun dengan derasnya,membuat suasana semakin indah.
            “Teman-teman aku pengen deh liat surga terindah disana!”. Ungkap Nathan sambil menunjuk kearah langit.
            “Aku juga “jawab Putri.
            “Aku yakin suatu saat nanti kita akan pergi kesana, bersama” lanjut Hany dengan yakin.
            “Maafin aku ya teman-teman, mungkin selama ini aku selalu merepotkan kalian, aku selalu melakukan banyak kesalahan, dan membuat kalian kesal tapi aku sayang banget sama kalian “ Celoteh Nathan dan tiba-tiba “tes-tes” air mata membasahi pipinya.
              Hany dan Putri tak tahu mengapa Nathan mengatkan hal itu, ke duanya langsung memeluk Nathan dengan tangisan keharuan. Ditengah-tengah isak tangis ke tiganya Nathan bersuara,
             “Kalian berdua janji ya akan selalu tersenyum walaupun tanpa aku ?.” Kata Nathan sesenggukan.
                ”Kita  tidak akan pernah terpisah than,kamu jangan ngomong kayak gitu!”.Hany pun menjerit.  Suasana jadi hening yang terdengar hanyalah suara rintik-rintik  hujan dan sesenggukan tangis mereka bertiga. Semua jadi hening dan hening yang terdengar.     
                Malam itu setelah kejadian di “ Rumah Pohon” Nathan duduk di meja belajarnya dengan memegang sebuah bolpoin warna merah muda kesukaannya serta siap mengoreskannya di buku dairy Hello Kitty warna merah mudanya.
20 Januari 2013
Ya tuhan , jangan ambil aku dahulu
Aku masih ingin melihat ayah,ibu,kakak
Dan sahabat-sahabatku tersenyum.
Aku masih ingin menghirup udara segar di pagi hari.
Aku masih ingin makan masakan ibuku.
Aku masih ingin bersama kedua sahabatku.
Ya tuhan jika Engkau ingin mengambil aku
Aku mohon buatlah orang-orang disisiku bahagia.
Aku ingin, ketika aku harus pergi kembali kepelukanMu.
Semua orang tidak ada yang menangis aku ingin semua orang mengiklaskan kepergianku L.
 “Sret”  Nathanpun menutup buku dairynya dan menghempaskan tubuhnya ke kasur. Dan mulai memejamkan matanya lalu terbuai kedalam alam mimpi.
            “Kring,kring,kring”.
            Suara alarm Nathan berbunyi tepat pada pukul empat dini hari. Ia mencoba bangkit. Tapi kepalanya terasa berat dan tiba-tiba darah segar mengucur deras dari hidungnya. Seluruh anggota tubuhnya lemas. Sudah selama 2 bulan belakangan ini Nathan di diagnosa mengidap penyakit Liver yang akan merenggut nyawanya.  Tapi  ia tak memberitahukan tentang penyakitnya kepada Hany dan Putri , karena hal itu pasti akan membuat mereka berdua bersedih.
            “ Mah...Pah...”.Rintih Nathan mencoba memanggil Papah dan Mamahnya. Tenggorokannya terasa kering, ia pun mencoba meraba gelas yang berisi air putih dimeja samping tempat tidurnya. Tapi tiba-tiba ‘Pyarrr’ gelas itu terjatuh, Mamah dan Papahnya pun langsung menuju ke kamar Nathan, mereka mendapati Nathan dengan keadaan hidung dan mulutnya berlumuran darah dan gelas pecah tepat dibawah tempat tidur Nathan. Serentak papah dan mamahnya langsung menghampirinya.
“ Kamu kenapa nak.?!!”. Tanya Mamah Nathan gemeteran.
            “ Sepertinya Liver Nathan kambuh deh mah”. Jawab Nathan tenang, karena ia sudah merasa ingin pergi jauh dari dunia yang fana ini.
            “ Ya udah Mah,Kita bawa Nathan ke Rumah Sakit sekarang juga!”. Sergah Papah Nathan sembari menyambar kunci mobil dan menggendong Nathan.
                 Esok harinya di rumah pohon.
            “ Udah jam segini kok Nathan belum juga datang ya Han?”. Tanya Putri yang sedang sibuk menyiram bunga matahari di bawah rumah pohon.
            “Sabar Put, paling sebentar lagi juga datang,Mungkin Nathan lagi bantu mamahnya masak”. Jawab Hany sekenanya.
             Tiba-tiba mas Bagas kakak Nathan  datang dan memberikan sebuah surat untuk Hany dan Putri dari Nathan dan ia menyatakan bahwa , hari ini Nathan tidak bisa datang dan bermain bersama mereka. Mas Bagas pun langsung pulang setelah menyerahkan suratnya kepada Hany dan Putri.
            Hany dan Putri membuka surat itu dengan penuh rasa heran dan bingung di rumah pohon. Mereka meneteskan air mata membaca surat dari Nathan.
            Dear :  Sahabat terbaikku
                        Putri dan Hany J
             4 Februari 2014
            “ Saat aku menulis surat ini, mungkin malaikat pencabut nyawa sudah berada disampingku. Maafkan aku, aku harus pergi meninggalkan kalian, aku sudah tidak tahan lagi selama ini aku telah melawan penyakit yang sangat berat bagiku. Penyakit itu membuatku tahu betapa berharganya 1 detik hidup didunia ini dengan orang- orang yang kita sayangi. Mungkin mata ini tak lama lagi menatap indahnya dunia, hidungku tak lama lagi tak bisa menghirup segarnya udara dan telingaku tak akan lagi mendengar suara merdu kalian. Ketahuliah teman, kalian adalah sahabat terbaikku, dan kelak aku akan menyambut kalian di pintu surga J. Aku sedih harus berpisah dengan orang-orang yang aku sayangi, tapi aku juga senang karna sebentar lagi aku akan melihat dan menempati surga terindah. Surga yang telah kita impi-impikan dulu dirumah pohon. Maaf ya L kalau selama ini Nathan banyak salah sama kalian dan merepotkan kalian, Nathan sayang sama kalian walaupun nafas ini tak lagi hidup. Oh ya jaga baik-baik dan rawatlah surga persahabatan kita.
      Jika kalian merindukan aku, pejamkan saja mata indah kalian. Maka kalian akan melihat aku, karena aku telah hidup dalam hati kalian selamanya.
             Sampai bertemu di surga teman,
            Nathan mau ketemu sama Tuhan dan Nathan akan melihat surga terindah itu. “
                      Sahabat terbaikmu.
                                                                                                                                                       Nathan J
            Tak terasa air mata telah membasahi pipi mereka, mereka sangat terpukul karna akan kehilangan sahabat  sejatinya. Tanpa pikir panjang mereka langsung pergi ke rumah Nathan, mereka ingin menghabiskan waktu bersamanya sebelum Nathan  benar-benar pergi untuk selamanya . Sesampainya dirumah Nathan  mereka diberi tahu bahwa Nathan berada di Rumah Sakit,  merekapun langsung bergegas kesana.
5 Februari 2014
Di Rumah Sakit
            “ Mah,Pah.?”. Rintih Nathan yang baru saja siuman.
            “ Iya sayang? Kamu sudah sadar nak?”. Tanya mamahnya dengan membelai rambut indah Nathan, sedangkan papahnya hanya diam terpukul.
           “ Iya mah, Hany sama Putri mana?”. Tanya Nathan.
             “ Sebentar ya nak mamah panggilkan”. Jawab mamahnya yang kemudian keluar untuk mencari Hany dan Putri yang sedang membeli kado ulang tahun untuk Nathan besok.
             “ Assalamualaikum?”. Hany dan Putri serentak memberi salam dan memasuki ruang Nathan di opname.
             “ Waalaikumsalam. Sini nak, Nathan mencari kalian “. Jawab papah Nathan .
             “ Iya pak “. Jawab Hany singkat.
              Kemudian papah dan mamah Nathan keluar untuk membeli roti Ulang tahun buat Nathan, Ulang tahun kali ini akan ia rayakan dirumah sakit, walaupun tidak meriah karena kondisi Nathan yang tidak memungkinkan.
            Nathan, Hany dan Putri pun berbincang-bincang, mereka tidak sadar bahwa hari ini adalah hari terakhir mereka bersama .
               Malam harinya di Rumah Sakit
            Pukul 21.00 di ruang opname Nathan , semuanya sudah terlelap dan suasanya itu benar-benar sangat sunyi. Diatas malaikat pencabut nyawa sudah bersiap-siap untuk mencabut nyawa gadis mungil itu.
            ‘Kring,kring,kring’ Alarm kepunyaan hany pun berbunyi tepat pada jam  23.45, ia langsung bangun dan membangunkan Putri,  mas Bagas dan mamah papahnya Nathan. Mereka langsung siap-siap untuk merayakan ulang tahun nathan yang ke 15. Putri dan Hany  sudah siap dengan kado di tangan  mereka. Mamah dan papah Nathanpun sudah membawa blackforest kesukaan Nathan yang diatasnya terdapat lilin angka 15 sesuai dengan umur Nathan saat ini. Sedangkan mas Bagas sudah siap dengan kamera digitalnya untuk mengambil gambar nanti. Tepat pada pukul 24.00 mamah Nathan membangunkan Nathan, Nathanpun terkejut perasaan haru dan senang menyelimuti hatinya, karena  ketika ia membuka matanya orang-orang yang ia sayangi  sudah berdiri di sekitarnya dan menyanyikan lagu “Happy Birthday” dengan serentak.
            Nathan meneteskan airmata kebahagiaannya .
            “ Makasih mah,pah,Put,Han dan kak Bagas, ini adalah ulang tahunku yang sangat sepesial. Nathan sayang kalian semua!” . kata Nathan terbata-bata.
            “ Iya sayang, cepat sembuh ya, Nathan pasti bisa menjalani semua ini”. Kata mamahnya dengan sesenggukan. Nathanpun lalu meniup lilin diatas kue Ulang tahunnya itu dengan rasa yang amat-amat bahagia.
             “ Than, ini kado dari aku dan Putri”. Kata Hany sambil menangis.
            “ Iya Than di buka sekarang ya!”. Tambah Putri yang tak kalah terharu.
             “ Makasih ya temen-temen, aku sayang kalian”. Jawab Nathan terharu.
            Kemudian Putri dan Hany berhambur memeluknya, semua yang ada disitu hanya terdiam melihat adegan tiga sahabat yang sebentar lagi akan dipisahkan. Nathan membuka kado dari kedua sahabatnya itu dengan hati-hati,ia sangan penasaran apa isi dari kado itu?. Setelah dibuka ternyata adalah sebuah album warna merah muda dengan gambar Hello Kitty  yang cantik. Nathan membuka halaman demi halaman album itu. Semua isinya adalah foto tentang mereka bertiga disurga persahabatan. Nathan sangat senang melihat album pemberian  kedua sahabat terbaiknya.
            Lalu mereka makan roti bersama, Mamah Nathan memotong blackforest  itu dan ia berikan kepada Nathan, suapan yang pertama ia berikan kepada papah dan mamahnya. Yang kedua ia berikan pada mas Bagas, Setelah mas Bagas disuapin, mas Bagas memberikan kado ualang tahun untuk Nathan. Sebuah boneka Hello Kitty warna merah muda yang lucu, lalu ia mengecup kening adiknya tersayang dengan rasa iba dihatinya.
            Tibalah suapan yang ketiga yaitu untuk kedua sahabat terbaiknya, Hany dan Putri. Setelah itu mereka berfoto bersama. Mas Bagas sudah siap dengan kamera digitalnya. Ketika mereka sedang asyik berfoto tiba-tiba darah segar mengucur dari hidung Nathan, semuanya khawtir dan langsung mendekatinya.
            “ Kamu kenapa Than?!!!”. Rengek Putri dengan airmata yang  deras.
             “ Mah....Pah...Kak....Put...Han..??? Nathan mau pergi dulu ya...kalian baik-baik ...di...sini...se..la...mat ting...gal...” Itulah ucapan Nathan yang terakhir kalinya.
             “Nak bangun nak!!!!!!”. Jerit mamah Nathan.
            “ Udah mah, Nathan udah kembali kepelukan- Nya. Kita iklaskan saja supaya Nathan tenang diatas sana “. Jawab papahnya dengan bijak.
             “Tidak...Adikku.!!!!!!!” Jerit mas Bagas.
            “ Nathan..!!!!!!!!” Hany dan Putri tak kalah histeris.
            Dan siang itu tibalah waktunya Nathan disemayamkan. Semua orang-orang yang dekat dengannya datang untuk menghantarkannya keperistirahatan terakhirnya. Hari ini tepat pada ulang tahun Nathan yang ke 15 dan ia meninggalkan segalanya. 
             Suasana di pemakaman segar dan mengharukan. Hany,Putri, dan semuanya sedang khusyuk mengirim do’a untuk Nathan dan menaburkan bunga di atas gundukan tanah merah yang masih basah itu.

             “ Selamat tinggal mah,pah. Kak Bagas Nathan titip mamah sama papah jaga mereka  baik-baik ya. Dan kalian sahabat terbaikku, Hany dan Putri aku sudah melihat surga terindah itu. Disini aku sangat senagng karena aku dekat dengan Tuhan. Sampai jumpa lagi di surga terindah. Aku akan selalu menunggu kalian, hingga kelak kita akan bersama lagi disini, SURGA TERINDAH”
             Nathan tersenyum di surga yang sekarang ia tempati, ia senang orang-orang yang ia sayangi ikut menghantarkan nya ketempat peristirahatan terakhir dengan alunan do’a yang mengiringinya.

            “Selamat tinggal orang-orang yang aku sayangi J
SAHABAT DUMAY (DUNIA MAYA)

SAHABAT DUMAY (DUNIA MAYA)

Oleh : NOVITA DWI CAHYANI

‘Maldini... masih Maldini shotting ahay! Masih melambung. Evan Dimas lakukan, kotak finalty berbahaya dan... ahay! Gagal permisa. Masih Hadining Syaifullah, Yama Prana ahay Dinan Javier ahay Evan Dimas oh... Hargianti lakukan shotting ahay dan gooollll!!!’
“Gooolll”
“Olivv!!”
“iya.. maaf ma”
“udah.. belajar aja, kamu itu anak cewek, nggak usah nonton sepak bola.”
“tapi..”
“Udah cepetan!”
Oliv pun beranjak masuk kamar, walaupun dengan hati yang gondok sekaligus kecewa karena nggak bisa nonton timnas u-19 sampai selesai. Masuk kamar bukannya ngambil buku tapi malah ambil laptop. (Dasar anak muda jaman sekarang.. loh eemang gue nggak muda ya? Hadeehh.. :D). Oliv membuka akun Facebook, ketik e-mail password dan sign in.
Tut...tut...tut..
Lagi asik-asiknya Facebookan, Handphone Oliv bunyi. Tertulis nama ‘Maya S.u19’ di layar Handphonenya, Oliv membukanya.
‘Maya : Hai Oliv! Lagi ngapain?’
‘Oliv : Hello Maya.. aku lagi facebookan nih! Aku mau nonton bola nggak boleh sama mama.. sebel deh!’
‘Maya : Kasian banget.. yang sabar ya? Aku lagi nonton nih, seru bingit. J
‘Oliv : Aku sebel bingit..! salam buat Maldini ya. ;-)’
‘Maya : oke! Besok aku telfn kamu ya?’
‘Oliv : oke! Pulang sekolah ya?’
‘Maya : ya, aku mau curhat boleh?’
Dan seterusnya. Tahu nggak? Maya adalah sahabat Oliv. Tapi di dunia maya.. belum pernah ketemu langsung, mereka dekat bangett.. saling sharing, saling menghibur.. Maya tinggal di Jawa Barat dan Oliv tinggal di Jawa Tengah. Satu pulau satu negara satu dunia dan satu bumi. :D
Kira kira sudah satu bulan lebih mereka bersahabat. Awalnya mereka bisa bersahabat.. dari facebook. Karena mereka sama-sama fansnya Timnas u19, jadi mereka sama-sama bergabung di fans club Timnas, semakin hari semakin dekat.. dan akhirnya mereka saling bertukar nomer telepong, eh salah. Telepon maksudnya..
 cuma ingin berbagi informasi tentang dunia sepak bola Indonesia atau Timnas, nggak tahunya jadi sahabat.
J J J
Pulang sekolah Oliv langsung cek handphone, ternyata ada sms dari Maya
‘Maya :
Aku mengenalmu di hari yang begitu indah..
Kau hadir dan menempati ruang kosong di hatiku.
Dengan indha kujalani hari bersamamu.
Kau lukiskan pelangi di kalbuku.
Kau bawakan sayap untukku terbang memetik bintang..
Kau ada dan selalu ada hingga nafas ini hilang!
Kau dan aku selalu bersama selamanya. J
Oliv meneteskan air mata, baru kali ini Oliv mendapat puisi dari seorang sahabat yang belum pernah sekalipun dia melihat wajahnya.
“Oliv!” panggil mama Devi yg sudah berdiri di depan pintu anaknya, yang kemudian duduk di sebelah anaknya.
“Kenapa kamu Liv..?”
“Mama tahu Maya kan? Yang pernah aku critakan”
“Iya.. sahabat dunia mayamu itu kan?”
“Iya ma.. dia bikin puisi buat aku.. barusan aku baca dan isinya bagus banget, Oliv sampe terharu ma, baru kali ini ada yang buatin aku puisi.. setelah dulu sahabat-sahabatku mengkhianatiku.. dan aku sempat nggak percaya adanya seorang sahabat yang bener-bener sahabat,dan sekarang Maya hadir dan membuktikan ke Oliv kalo sahabat tu bener adanya”        
“Mama senang Liv.. bisa liat kamu seneng gini.. semoga Maya tetap jadi sahabat kamu, apapun yang terjadi, mama masak dulu ya buat kamu, kamu laper kan?”
“Iya ma.. makasih ma..”
“sama-sama sayang..”
Nggak lama setelah itu.. tulililit..tulilit.. handphone Oliv berbunyi dan itu dari Maya.
“hallo Liv?”
“iya May? Makasih ya puisinya.. aku suka, baguuuuss bangett..”
“sama sama Oliv..”
“eh May, kamu ultah tanggal berapa sih? Kok aku nggak tau ya”
“tanggal 8 April..”
“ya ampun..! dua hari lagi dong May..! kamu mau kado apa dari aku..?”
“nggak usah Liv.. aku Cuma mau.. kamu selalu ada buat aku! Selamanya! Walau kita nggak bisa bertatap langsung.. tapi aku yakin kita akan bertemu suatu saat..”
“iya Maya.. aku juga yakin kita akan bertemu, dan aku akan selalu ada buat kamu. Selamanya”
Sementara itu.. “Oliv.. makan dulu yukk.. udah selesai masak nih mama!”
“Iya ma.. May, udah dulu ya, aku dipanggil mama tu. Kamu denger kan teriakan mamaku?”
“hhaha, iya Liv.. mama kamu merdu banget kalo lagi teriak.. yaudah bye”
“bye..”
J J J
Pulang sekolah, Oliv sengaja nggak langsung pulang, tentu saja Oliv sudah minta ijin mamanya kalau dia mau main ke Taman yang tidak jauh dari tempat Oliv bersekolah. Oliv duduk di bawah pohon, sambil melihat orang yang berlalu lalang, ada yang bersama hewan peliharaannya, ada yang bersama ibunya, pacarnya.. dan lain-lain. Hari ini Taman kelihatan ramai tidak seperti biasanya yang agak sepi. Tiba-tiba Oliv mendengar ada seorang lelaki membacakan puisi kepada perempuan yang nggak salah lagi kalau itu pacarnya.. Oliv pun ingat kalau dia pernah dibuatkan puisi oleh Maya, diapun terinspirasi. Disaat Oliv melamun.. masih terdngar puisi lelaki itu.
‘Setangkai mawar putih di Spanyol
Tak pernah melihat sang mentari..
Hanya keluar saat rembulan muncul,
Siang berganti malam..
Bintang-bintangpun bersinar..
Kelopak-kelopak putih jatuh tertata rapi di atas sang bumi.
Membentuk sebuah hati.
Dengan mata sebiru langit..
Dengan hati semerah darah..
Kan ku bawa kau ke tempat itu!
Sebagai tanda cintaku padamu”
Saat Oliv mendengar puisi itu.. Oliv benar-benar merasa ingin mempunyai kekasih. Tapi dia langsung sadar tujuan utamanya pergi ke Taman, yaitu mencari inspirasi kado untuk Maya.
“apa aku kasih puisi aja ya buat Maya? Dia kan juga pernah buatkan aku puisi..” Oliv pun berdiri dan tersenyum lebar menuju ke rumahnya..
J J J
‘Sahabat kau..’ “SREEKKK..”
Oliv menyobek kertas. Oliv mencoba untuk membuat puisi, “Aku harus bisa! Demi Maya!” batin Oliv menyemangati. Oliv pun mencoba lagi, ‘Aku dan kau..’ “SREKK..” Oliv pun menyobek kertas, digulung kertas itu.. lalu dilempar begitu saja ke belakang.. begitulah yang dilakukan Oliv beberapa kali. Di lantai kamar Oliv banyak gulungan kertas, mungkin ada 15 lebih gulungan kertas. Waktu terus berjalan, Oliv belum juga menyelesaikan puisi. Berulang kali dia membuang gulungan kertas..
“Aaaarrgghhhhh!” teriak Oliv.
“ayolah Liv.. kamu pasti bisa, fighting! Ini..! demi..! Maya..!” semangat Oliv pun meneriakki diri sendiri.. Tiba-tiba mama Oliv masuk dan mendekati Oliv..
“Kamu keenapa sih Liv..? teriak-teriak gitu.. itu kenapa lagi lantai penuh gulungan kertas?”
“mama..! aku lagi buat puisi.. tolongin dong..”
“mama nggak bisa sayang.. cari aja di google, kamu juga biasanya ngoogling kan kalo lagi ada tugas..”
“ini bukan tugas ma.. ini puisi buat Maya, besok dia ulang tahun.. jadi harus alami buatan Oliv..”
“Yaudah.. kamu buat sendiri puisinya.. kamu pasti bisa sayang.. jangan gunakan emosi kamu, puisi itu harus dibuat dengan hati.. kamu harus dalam keadaan tenang.. yaudah, mama keluar dulu ya.. jam segini kok Papamu belum pulang juga.. mama tunggu papamu di ruang tamu. Kalau ada apa-apa panggil mama, jangan tidur malam-malam”
Oliv hanya mengangguk. Setelah mamanya keluar, Oliv berkonsentrasi dengan puisinya, kali ini dia menuruti kata-kata mama untuk lebih tenang..
Oliv kembali memegang bolpoint, Oliv mulai menulis. ‘layaknya bidadari dan kupu-kupu. Kita tak pernah bertemu’. Oliv berhenti menulis. Oliv memejamkan mata, mencari kata-kata yang tepat untuk puisinya, ternyata nasihat mamanya betul terjadi jika dilaksanakan. Oliv pun melanjutkan puisinya, ‘Tapi aku yakin bidadari dan kupu-kupu sangatlah erat persahabatanya..’ tiga kalimat telah ditulisnya. Sepertinya otak Oliv telah bekerja untuk melanjutkan puisinya, ‘Walaupun mereka tak pernah bertemu.. tapi mereka adalah mereka. Yang mempunyai wajah cantik dan melengkapi satu sama lain. Suatu saat.. mereka akan terbang bersama, aku yakin itu, karena semuanya akan indha pada waktunya..’
Oliv pun tersenyum lebar. Puisinya telah jadi.
Tepat jam 12 malam tanggal 8 April 2014, Oliv pun mengirim puisi itu lewat sms kepada Maya, Oliv ingin menyampaikan langsung lewat telepon.. tapi dia takut mengganggu Maya.
‘to : Maya.
            Maya.. Happy Birthday sahabatku.. semoga kamu sehat selalu.. dan apa yang kamu inginkan bisa tercapai. Aku buatkan puisi khusus untukmu. Tapi tak sebagus puisimu.. hhehe.
“Layaknya bidadari dan kupu-kupu..
Kita tak pernah bertemu.
Tapi, aku yakin! Bidadari dan kupu-kupu,
Sangatlah erat persahabatannya..
Walaupun mereka tak pernah bertemu..
Tapi mereka adalah mereka.
Yang mempunyai wajah yang cantik.. dan melengkapi satu sama lain.
Suatu saat mereka akan terbang bersama,
Aku yakin itu! Karna.. indahh ada pada waktunya. J
Kedengarannya kayak bukan puisi ya May, tapi itu aku buat sendiri dan khusus buat kamu.
Oliv pun menekan tombol Send. Dia ingin istirahat.. tapi, tulililit..tulililit.. dari Maya
“ha..lo Oliv, ma.. makasih puisinya” suara Maya terbata-bata dan kedengaran seperti kehabisan nafas.
“iya May sama sama.. maaf kalau jelek”
“bagus kok Liv.. Happy Birthday untuk 2 Mei ya Liv..”
“lhoh May, masih lama.. knapa kamu ucapkan hari ini..? kamu kenapa sih May?” Oliv tampak khawatir sekarang
“nggak papa kok Liv.. uu.. udahh ya Liv, se.. se.. selamat tinggal. D..dan sampai jumpa di surga”
“Maya! Kamu kenapa?”
Tiba tiba terdengar suara riuh diujung telepon
“Maya! Maya bangun! Kamu kenapa May!”
“haloo.. Maya..” Oliv pun angkat bicara.
“halo!”
“iya hallo, Maya kamu kenapa?”
“saya bukan Maya, saya kakaknya” tampak suara seseorang ini sambil menangis.
“Maya mana?”
“Maya sudah ke surga dik.. dia mengalami kecelakaan tadi pagi, keadaannya sangat kritis. Dan sekarang dia sudah tenang di Surga. L
Oliv kaget dan tanpa sengaja handphonenya jatuh begitu saja, air mata dengan mudahnya keluar dari matanya. Oliv tak bisa berkata apa-apa, dia ingin teriak, namun tidak bisa, dia seperti kehilangan suara dan hanya bisa menagis.
‘setidaknya aku pernah dengar suara kamu walaupun aku belum sempat melihat wajahmu, aku yakin kita akan bertemu di surga. Satu hal yang harus kamu tahu, tidak ada satu orangpun yang bisa menggantikan kamu dalam hidupku. Terima kasih sahabat, kau sudah hadir dalam hidupku. Semoga kau bahagia disana bersama Tuhan, selamat tinggal sahabatku, tunggu aku disana.’
Tulis Oliv dibuku hariannya yang jarang diisi itu, Oliv tempelkan foto Maya yang dia ambil di akun facebook Maya. Oliv mencoba untuk tidak menangis karna dia tahu Maya sedang melihatnya. Didekapnya buku itu erat-erat.

J J J

Kategori

Kategori