Penindasanmu, Takkan Hilang Dalam Hidupku Ep 5

Tok... tok... tok... terdengar suara ketukan pintu dari dalam rumah Pak Ahmad. Selang beberapa menit, Pak Ahmad membukakan pintu.
“ Kamu dewi, ada apa.?” sapa Pak Ahmad.
” Anu pak, anu...” jawab Dewi dengan nafas terbata-bata.
“ Apa, jangan tergesa-gesa gitu. Cerita sama bapak, bapak siap membantu.” sera Pak Ahmad dengan bijak.
“ Ibu pak, ibu saya jatuh dan ketumpahan minyak panas pak” jawab Dewi sambil menghapus air mata yang keluar dari matanya.
Masya`allah, ma... mama...!!” teriak Pak Ahmad.
” Ada apa to pak, kok teriak-teriak.” sahut istri Pak Ahmad.
“ Ini, ibunya Dewi ketumpahan minyak panas, jadi bapak mau kerumah Bu Siti untuk nolongin dia” jawab Pak Ahmad yang ikut-ikutan panik.” Masya`allah, yang bener pak. Kalau begitu ibu ikut”
Mereka langsung pergi untuk menolong Bu Siti, ibunda Dewi. Ketika dalam perjalanan, Pak Ahmad dan istrinya mencoba untuk bertanya bagaimana kejadiannya. Dewipun menceritakan semua kejadian yang telah meninpanya selama ini. Dewi juga menceritakan tentang jahatnya Pak Tegar, ayah Dewi, yang selalu menganiyaya dan tidak pernah menyayangi keluarganya, dan ia malah asyik dengan kesenangan sendiri bersama dengan teman-temannya.
Melihat kejadian itu, Pak Ahmad dan istrinya merasa kasihan dengan keluarga Bu Siti. Maklumlah, sejak pernikahan mereka sampai saat ini, Pak Ahmad dan istrinya belum juga dikaruniai buah hati. Padahal mereka ingin mempunyai anak. Sedangkan yang dikaruniai anak, malah diperlakukan seperti ini.
“ Sudahlah... jangan menangis...” sera istri Pak Ahmad kepada Dewi. Yang merasa kasihan, sejak perjalanan menuju rumah Pak Ahmad sampai perjalanan pulang, Dewi tidak bisa berhenti dari menangisnya. Air mata yang keluar dan membanjiri pipinya ini tidak seperih apa yang dirasakan ibunya saat ini.
            Akhirnya perjalanan yang lumayan jauh dari kediaman Pak Ahmad. Tiba juga dirumah Bu Siti.
            “ Masya’allah....!!!” terkejutlah pasangan suami istri ini. Yang melihat Bu Siti terbaring lemah dilantai dapur, dan disampingnya terdapat Nino, adik Dewi, yang menangis ketakutan.
            “ Pak, sebaiknya Bu Siti sekarang dibawa ke Rumah Sakit...?!” sahut istri Pak Ahmad.
            Dewi, Nino, Pak Ahmad dan Istrinya, lalu membawa Bu Siti ke Rumah Sakit.
            Tak terasa, sudah berjam-jam Bu Siti diperiksa, dan belum ada dokter yang memberitahukan tentang keadaannya.
            Akhirnya yang dinantipun tiba, dokter keluar dan memberitahukan tentang keadaan Bu Siti.
            “ Maaf, Ibu Siti tidak bisa kami selamatkan. Keadaan Bu Siti yang terkena minyak panas membuat dia menjadi lemah. Denyut nadinya juga ikut-ikutan lemah. Sekali lagi anda sekeluarga yang sabar. “
            “ Maksut dokter apa..?!.” tanya Dewi.
            “ Ibu Siti telah meninggal.”
            “ innalilahi wa innailaihi rojiun.”
            Dewi dan Nino seakan tidak percaya dengan kata-kata dari dokter. Mereka sangat sedih, orang yang paling mereka sayang dan selalu menjaga mereka dari tindakan biadap ayahnya, kini sudah terbaring kaku tak berdaya. Mereka sangat terpuruk dengan keadaan yang menimpa mereka sekarang.
            “ Kak, mengapa ibu tinggaalkan kita kak. Aku gak mau kilangan ibu..?!”
            “ Udah jangan bersedih, bapak dan ibu akan menjaga kalian. Kalian jangan menangis terus, nanti ibu kamu tidak tenang dialam sana. Hapus air mata kalian, jika kalian memang sayang pada ibu, doakan ibu kalian supaya tenang disana.” sera Pak Ahmad kepada Dewi dan Nino.
            Jenazah Ibu Siti dibawa pulang dan akan disemayamkan di tempat pemakaman desa. Walau pak Ahmad sudah menasehati Dewi dan Nino, tapi mereka tetap bersedih. Air mata masih membanjiri pipi mereka.

Mereka kini tinggal berdua saja, tidak ada yang melindungi mereka. Orang yang paling mereka sayang sudah tiada. Walaupun mereka masih mempunyai ayah, tapi mereka sudah menganggap, bahwa ayah mereka sudah mati. Mereka sangat membenci ayahnya yang sudah membunuh ibu mereka dan malah asyik kabur tanpa memikirkan keadaan kami disini. “ Buat apa punya ayah, kalau hanya bisa membuat sakit hati.” dalam hati Nino.


EmoticonEmoticon