Penindasanmu, Takkan Hilang Dalam Hidupku Ep 7

Tak terasa, Dewi dan Nino sudah beranjak dewasa, Pak Ahmad dan istrinya senang, melihat mereka menjadi anak yang berbakti dan berprestasi.
Keesokan hairnya, ada seorang pengemis tua yang mendatangi rumah mereka. Kebetulan pada saat itu, Dewi sedang menyapu halaman depan rumahnya. Pengenis itu menghampiri Dewi dari belakang tubuhnya dan berkata “ Non, kasian non. Saya belum makan, saya lapar...”
Dewipun langsung berbaring dan tetes air mata tiba-tiba membasai pipinya. Dewi seakan tidak percaya dengan kejadian itu. Orang yang paling ia benci, kini kembali berhadapan langsung dengan dirinya.
“ Ayah...” suara lemah Dewi memanggil pengenis itu dengan sebutan ayah. Sebutan yang sudah lama tak diucapkan Dewi kepada ayah kandungnya.
“Dew,... Dewi, maafkan ayah, Dewi..” sera pengemis itu kepada Dewi. Ternyata, pengemis yang menghampiri Dewi adalah Pak Tegar, ayah kandung Dewi dan Nino. Yang sudah lama kabur ketika ayahnya mendorong ibu mereka hingga terkena tumpahan minyak panas, yang membuat ibu mereka meninggal.
Dewi terdiam melihat ayahnya meminta maaf, hati yang sudah terobati dengan kasih sayang yang besar oleh keluarga Pak Ahmad, seketika itu juga hancur dan mengingatkan tentang kejadian yang sudah dilakukan ayah kandungnya kepada Dewi. Seketika itu juga, Dewi lari menuju rumah dan menutup pintu keras-keras.
“ Dewi.... maafkan ayah. Ayah sudah bersalah..” teriakan keras Pak Tegar yang melihat anak semata wayangnya, kabur meninggalkan dirinya sendiri.
“ Sudahlah, mungkin kesalahanku  sudah tidak bisa dimaafkan lagi. Aku datang setelah bertahun-tahun menghilang, aku yang membuat mereka benci aku, mungkin ini balasan dari Tuhan yang telah kulakukan kepada istri dan anak-anakku.”
Sementara itu, Dewi terus menangis, dan tangisan itu membuat Nino menjadi penasaran, dan mencoba untuk bertanya. “ kakak tidak papa, kakak hanya teringat pada ibu. Kakak rindu sama ibu, sudah bertahun-tahun kita tidak kemakam ibu.” Dewi seakan menutupi kejadian itu dengan mengalihkan pembicaraan.
“ Ooo itu, besok kita kemakam ibu aja kak, kan besok hari minggu. Sekalian kita ajak papa dan mama.?”
“ Ada apa, kok ribut gini. Sampai papa denger keributan dari kalian.” sela Pak Ahmad.
“ Besok kita kemakan ibu ya pa, ma?” ajak Dewi dan Nino.
“ iya, mama dan papa besok gak sibuk. Jadi kita bisa bareng-bareng kemakam ibu.” jawab istri Pak Ahmad.

Dewi tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya mengapa ia menangis. Tapi Dewi senang, mepunyai orang tua yang sayang dan perhatian sama Dewi dan adiknya. 


EmoticonEmoticon